LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PENENTUAN KADAR HAMBAT MINIMAL ANTIBIOTIK
LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PENENTUAN KADAR HAMBAT
MINIMAL ANTIBIOTIK
Kelas B2 Dosen Pengampu :
Maharadingga , M.Si.
Disusun Oleh:
PROGRAM
STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF DR.HAMKA JAKARTA
2024
BAB I PENDAHULUAN
Antibiotik sebagai sebuah senyawa yang
dihasilkan oleh mikroorganisme, pada konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain. Pengujian potensi antibiotik
dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa kualitas dan mutu antibiotik yang
digunakan dalam pengobatan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Radji
and Manurung, 2010).
Antibiotik digunakan untuk membasmi
mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala infeksi
terjadi akibat gangguan
langsung oleh mikroba
dan berbagai zat toksik yang
dihasilkan mikroba. Antibiotik yang digunakan untuk membasmi mikroba penyebab
penyakit pada manusia, harus memiliki sifat toksik selektif. Artinya,
antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik
untuk hospes atau inang. Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang
dimiliki sel bakteri dan manusia (Harmita dan Radji, 2008).
Pada
umumnya, pengujian potensi
antobiotik secara mikrobiologi dilakukan dengan menggunakan 2 metode, yaitu
turbidimetri dan lempeng
silinder atau difusi agar. Prinsip metode turbidimetri adalah berdasarkan hambatan
pertumbuhan biakan mikroorganisme
dalam media cair yang mengandung larutan antibiotik, sedangkan prinsip
metode lempeng silinder
atau difusi agar adalah membandingkan zona hambatan pertumbuhan
mikroorganisme uji oleh dosis senyawa antibiotik yang diuji terhadap zona
hambatan oleh dosis antibiotik baku pembanding pada media lempeng agar (Jawetz
et al., 2001).
Selain itu, metode difusi digunakan
dalam uji sensitivetas bakteri. Metode tersebut dilakukan dengan cara mengamati
daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah
di sekitar kertas cakram (paper disc) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme.
Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap
bahan anti bakteri (Jawetz et al., 2001).
Beberapa cara dapat digunakan untuk
menguji aktivitas suatu antimikroba diantaranya dengan teknik pengenceran
tabung. Teknik inidigunakan untuk menetapkan jumlah terkecil zat antimikroba
yang dibutuhkan dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme secara in vitro.
Jumlah tersebut dikenal sebagai KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) (Pelzar dan
Chan, 2005). KHM adalah konsentrasi minimal zat antimikroba yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi 24 jam dan tidak tumbuh koloni bakteri
yang diketahui dengan cara mengamati banyaknya koloni bakteri yang tumbuh
dengan menggunakan metode dilusi (Tortora, dkk, 2010).
1.2 Tujuan Praktikum
a. Mahasiswa mampu melakukan uji potensi antimikroba menggunakan metode
difusi secara silinder.
b.
Mahasiswa mampu melakukan uji potensi antimikroba menggunakan metode
difusi secara cakram.
2.1 Tinjuan
Pustaka
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang
mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia
di dalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan
dengan pengobatan penyakit
infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika
juga digunakan sebagai alat seleksi terhadap
mutan atau transforman. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibiotik
yang bersifat menghambat pertumbuhan mikroba, dikenal sebagai aktivitas
bakteriostatik, dan ada yang bersifat
membunuh mikroba, dikenal
sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba atau membunuhnya masing-masing dikenal sebagai
Kadar Hambat Mikroba (KHM) dan Kadar Bunuh Mikroba
(KBM). Antimikroba tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi
bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan melebihi
KHM (Harmita dan Radji, 2008).
Staphylococcus
berasal dari penampilan mikroskopiknya: sel-selnya
tertanda seperti buah-buah kecil: susunan seperti ini disebabkan oleh
pembelahan sel yang terjadi secra tidak teratur pada perbagai bidang.
Staphylococcus bersifat anaerob fakultatif, membentuk sitokrom hanya pada
kondisi aerob dan bersifat relatif tahan terhadap pengeringan. Staphylococcus Aureus bersifat patogen
(oleh enzim dan eksoenzim: pembentukan nanah) mengekskresikan enterotoksin
(Schlegel,1984). Stphylococcus Aureus adalah bakteri Gram positif, biasanya
tersusun dalam kelompok menyerupai buah anggur yang tidak teratur.
Stphylococcus Aureus tumbuh
dengan mudah di berbagai medium
dan aktif secara metabolik, melakukan fermentasi
karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi dari putih hingga kuning
tua. Stphylococcus Aureus bersifat koagulase positif dan merupakan pathogen
utama pada manusia (Jawetz, dkk, 2005).
Daya hambatan pertumbuhan bakteri atau jamur oleh senyawa
antibakteri atau jamur dapat dinyatakan berupa Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
dan Konsentrasi Bunuh Minimum
(KBM). Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
ditentukan menggunakan metode dilusi.
Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi
Bunuh Minimum (KBM) dapat dilakukan dengan metode dilusi Kirby dan Bauer yang
dimodifikasi menggunakan media
cair Nutrien Broth
(NB), TSB atau BHI (metode pengenceran serial tabung) maupun
media agar selektif (metode lempeng agar) berupa MH, TSA, NA, Mac. Conkey,
agar darah, dan lainnya sesuai
spesies bakteri atau jamur
(Lennete, dkk.,1991 dalam Fatisa, 2013). Penentuan kepekaan
mikroba terhadap suatu antibiotika atau khemoterapeutik dipakai untuk
menentukan pengobatan terbaik terhadap
penyakit yang disebabkan oleh suatu mikroba
tersebut pada manusia atau hewan. Ada dua metode untuk menentukan kadar
hambat minimal suatu antibiotika yaitu :
1. Metode Difusi
Metode yang paling sering digunakan
adalah metode difusi agar dengan menggunakan cakram kertas, cakram kaca,
pencetak lubang. Prinsip metode ini adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi
akibat difusi zat yang bersifat sebagai antibakteri
didalam media padat melalui pencadang. Daerah hambatan pertumbuhan bakteri adalah daerah jernih di sekitar
cakram. Luas daerah hambatan
berbanding lurus dengan aktivitas antibakteri, semakin kuat daya aktivitas
antibakterinya maka semakin luas daerah hambatnya. Metode ini dipengaruhi oleh
banyak faktor fisik dan kimia, misalnya: pH, suhu, zat inhibitor, sifat dari
media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas dari bahan obat
(Jawetz, dkk, 2001). Namun metode ini mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat
diketahui apakah suatu agen antimikroba sebagai bakterisidal dan bukan hanya
bakteriostatik (Tortora, dkk, 2010).
2. Metode Dilusi
Metode ini menggunakan antimikroba
dengan kadar yang menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat.
Kemudian media diinokulasi bakteri uji dan diinkubasikan. Tahap akhir
dilarutkan antimikroba dengan kadar yang menghambat atau mematikan. Metode
dilusi sering digunakan untuk menentukan konsentrasi penghambat terkecil dan
juga untuk menetapkan konsentrasi bakterisidal terkecil dari suatu senyawa
antimikroba yang disebut kadar hambat minimum (KHM) (Tortora, dkk, 2010).
Konsentrasi hambatan minimum
(KHM) adalah konsentrasi antibiotik terendah yang masih dapat menghambat pertumbuhan organisme tertentu. Prosedur ini digunakan untuk menentukan
konsentrasi antibiotik yang masih efektif untuk mencegah pertumbuhan patogen dan mengindikasikan dosis antibiotik yang efektif
untuk mengontrol infeksi
pada pasien. Inokulum
mikroorganisme yang telah distandarisasi
ditambahkan ke dalam tabung yang mengandung seri enceran suatu antibiotika, dan pertumbuhan mikroorganisme akan termonitor dengan 25 perubahan
kekeruhan. Dengan cara ini, KHM antibiotik yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme secara in vitro
dapat ditentukan (Harmita
dan Radji, 2008).
3.1 Metologi Praktikum Alat:
1. Tabung reaksi
2. Jarum Ose
3. Pipet ukur
4. Bakteri
5. Labu ukur
Bahan:
1. Mikroba uji
standar
BAB III METOLOGI PRAKTIKUM
2. Antibiotika uji (obat)
3. Akuades steril
4. Larutan dapar fosfat pH 6-8
Prosedur kerja:
1. Sediakan
biakan kuman standar dalam kaldu nutrisi atau medium NB pada agar miring
suhu 37˚C selama
10 -24 jam, buat inokulasi dari suspensi kuman standar sesuai dengan reagent Mc.
Farland III 0,5 atau 25% transmittan menggunakan alat spektrofotometer.
Pembuatan Inokulum
a)
Siapkan 3 tabung reaksi
secara berurut dan diberi nomor
1, 2, dan 3 masing – masing diisi NaCl
fisiologis/akuades steril sebanyak 9 ml.
b)
Pada tabung pertama diisi 1 ml suspensi kuman
sesuai dengan reagen Mc. Farland III 0,5, kocok sampai
homgen.
c)
Ambil 1 ml dari tabung pertama dan masukkan pada tabung kedua
sesuai dengan reagent Mc. Farland III 0,5, kocok sampai homogen.
d)
Ambil 1 ml dari tabung kedua,
masukkan ke dalam tabung ketiga, kocok sampai homogen, sehingga
diperoleh suspensi
pengenceran 10x, 100x, dan 1000x
(setara dengan 106 kuman per ml).
2.
Pembuatan Larutan Stok Antibiotika
a)
Timbang seksama 25 mg antibiotika
dan larutkan dalam labu takar 25 ml dengan pelarut
yang cocok sehingga
diperoleh konsentrasi 1 mg/ml,
saring dengan filter bakteri. Buat seri pengenceran kelipatan dua sehingga
diperoleh kadar: 500 mg/ml, 125 mg/ml, 62,5 mg/ml, 31,2
mg/ml, 15,6 mg/ml,
7,8 mg/ml, 1,95, mg/ml, 0,95 mg/ml, 0,475 mg/ml,
dan 0,237 mg/ml.
3.
Penentuan KHM
a)
Siapkan 24 tabung reaksi,
isi tiap tabung
dengan 0,8 ml larutan kaldu nutrisi.
b)
Tambahkan pada tiap tabung reaksi suspensi
kuman (106 kuman permili) sebanyak 0,1 ml.
c) Tambahkan 0,1 ml larutan
antibiotik hasil pengenceran pada tiap tabung
reaksi, lakukan secara duplo.
d)
Inkubasi di inkubator
18-24 jam 37˚C.
4.
Pembacaan Hasil
a)
Konsentrasi hambat minimal adalah konsentrasi obat terkecil yang menghambat pertumbuhan kuman.
+ : Keruh, ada pertumbuhan kuman
- : Jernih, tidak ada pertumbuhan kuman
4.1 Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Percobaan Uji Kadar Hambat
Minimal Antibiotik
|
Jenis Antibiotika |
Pengenceran 6,25 πg/ml |
Pengenceran 5 πg/ml |
Pengenceran 2,5 πg/ml |
Pengenceran 12,5 πg/ml |
|
Amoxicillin |
Cakram: 4,5mm Silinser: - |
Cakram: 7,3mm Silinser: 6,75mm |
Cakram: 8,4mm Silinser: 4,3mm |
Cakram: - Silinser: 8,12mm |
|
Cefadroxil |
Cakram: 8,5mm Silinser: 3,5mm |
Cakram: 1,5mm Silinser: 6,75mm |
Cakram: 4,5mm Silinser: 5,5mm |
Cakram: 9,5mm Silinser: 8,5mm |
|
Cefixime |
Cakram: - Silinser: 10,9mm |
Cakram: - Silinser: 24,5mm |
Cakram: - Silinser: - |
Cakram: - Silinser: - |
4.2 Pembahasan
Pada praktikum uji kadar hambat minimal
antibiotik ini menggunakan metode difusi. Pada metode ini zat antibakteri
berdifusi pada lempeng agar yang telah diinokulasi dengan bakteri. Pengamatan
dilakukan atas dasar ada atau tidaknya hambatan di sekeliling cakram dan silinder. Pada praktikumini dilakukan dengan dua
cara, yaitu:
1. Cara cakram
Cara cakram ini dilakukan dengan cara meletakkan kertas
cakram yang telah dicelupkan pada larutan antibiotik yang akan diuji pada media
NA (Nutrient Agar) yang telah diinokulasi bakteri, setelah itu diinkubasi pada
suhu 37oC selama 24 jam. Pengamatan dilakukan atas ada atau tidaknya hambatan
di sekeliling cakram. Pada uji ini menggunakan antibiotik amoxicillin dan
menggunakan 2 bakteri uji yaitu Stphylococcus Aureus dan Pseudomonas.
2. Cara Silinder
Cara silinder ini dilakukan pada medium agar yang telah
diinokulasi dengan bakteri dibuat lubang, diletakkan atau ditanamkan silinder
pada media kemudian diisi dengan zat antibiotik, setelah itu diinkubasi pada
suhu 37oC selama 24 jam. Pengamatan dilakukan atas ada atau tidaknya hambatan
di sekeliling kaca silinder. Pada uji ini menggunakan antibiotik amoxicillin
dan menggunakan 2 bakteri uji yaitu Stphylococcus Aureus dan Pseudomonas.
Pembuatan larutan stok antibiotika dilakukan dengan cara mengitung berat antibiotik yang akan ditimbang. Dengan perhitungan sebagai berikut:
Komentar
Posting Komentar